Kuliner Legendaris Pasar Cinde Palembang: Pempek, Laksan, dan Es Kacang Merah

Lo belum sah ke Palembang kalau belum nginjak Pasar Cinde dan nyobain deretan kuliner khas yang udah melegenda sejak zaman dulu. Di tengah deru modernisasi dan gedung-gedung tinggi, kuliner legendaris Pasar Cinde Palembang tetap eksis sebagai penjaga rasa otentik wong kito. Dari pempek yang ikonik, laksan berkuah santan pedas, sampai es kacang merah yang nyegerin di tengah panasnya kota, semuanya bisa lo temuin dalam satu kawasan penuh cerita dan rasa.

Pasar Cinde sendiri punya sejarah panjang sejak era kolonial. Berdiri sejak 1957 dan sempat direnovasi beberapa kali, pasar ini bukan cuma jadi tempat belanja, tapi juga titik temu lintas generasi yang sama-sama cinta makanan enak. Suasana pasar yang hidup, suara penjual yang khas, dan aroma cuko yang menggoda dari kejauhan bikin pengalaman lo makan di sini jadi lebih dari sekadar urusan perut—ini perjalanan rasa dan budaya.

Yuk, kita telusuri seperti apa serunya menjelajahi kuliner legendaris Pasar Cinde Palembang, dari rasa yang bikin kangen sampai suasana yang nggak tergantikan!


Pempek Cinde: Legendaris, Lembut, dan Cuko Nendang

Kalau lo nyebut Palembang, pasti otomatis nyambung ke pempek. Nah, di Pasar Cinde, lo bisa nemuin jajanan pempek dari yang klasik sampe yang variatif, semuanya dijajakan oleh penjual yang udah jualan puluhan tahun. Mereka gak cuma jual rasa, tapi juga pengalaman dan tradisi.

Kenapa Pempek Cinde beda dan wajib dicoba?

  • Teksturnya lembut tapi tetap kenyal, hasil dari racikan ikan segar dan sagu yang pas.
  • Variannya lengkap: lenjer, kapal selam, adaan, kulit, pistel, hingga pempek tahu isi.
  • Cuko-nya khas—kental, hitam, pedas, manis, dan asam dalam satu slurp.
  • Disajikan langsung di piring kaleng atau daun pisang, makin nostalgia vibes-nya.
  • Porsi bisa disesuaikan, lo bisa beli satuan atau satu piring campur.

Yang bikin pempek Cinde spesial adalah sentuhan tangan pertama dari para penjual yang masih ngulen adonan secara manual. Bumbunya meresap, dan lo bisa liat sendiri proses pemasakan di belakang etalase. Ini bukan pempek pabrikan—ini pempek dengan jiwa.


Laksan: Kuah Santan, Lembutnya Pempek, dan Rasa Hangat yang Ngena

Setelah puas dengan pempek goreng, lo harus nyobain satu lagi hidangan tradisional Palembang yang jarang ada di luar: laksan. Masih satu keluarga dengan pempek, tapi cara penyajiannya beda total—ini pempek yang disiram kuah santan merah pedas, mirip kari tapi dengan cita rasa khas Sumatera Selatan.

Apa aja yang bikin laksan itu spesial?

  • Irisan pempek lenjer rebus disusun rapi lalu disiram kuah santan merah.
  • Kuahnya kaya rempah, ada cabai, bawang, kemiri, dan bumbu khas Palembang.
  • Disajikan hangat, cocok banget buat sarapan atau makan siang ringan.
  • Kadang ditambah telur rebus atau kerupuk sebagai pelengkap.
  • Punya rasa gurih-pedas-manis yang seimbang, bikin nagih di suapan pertama.

Laksan ini bisa lo temuin di beberapa warung makan di dalam pasar, terutama pagi hari. Biasanya, yang jual udah turun-temurun dari generasi neneknya. Gak heran kalau rasanya konsisten dan bikin lo pengen nambah.

Buat lo yang belum pernah coba, laksan itu pengalaman rasa baru, perpaduan antara tekstur pempek dan kehangatan kuah santan. Rasanya meditatif, bikin lo melambat, duduk tenang, dan menikmati hidup satu sendok demi sendok.


Es Kacang Merah: Penutup Manis di Tengah Terik Kota

Setelah makan yang gurih dan pedas, lo butuh yang seger-seger. Nah, di Pasar Cinde, pilihan utamanya jelas es kacang merah—minuman legendaris yang udah jadi comfort drink-nya wong Palembang. Gak ribet, gak mahal, tapi rasanya ngena banget.

Kenapa es kacang merah ini legendaris?

  • Kacang merahnya dimasak empuk tapi nggak benyek, manisnya pas.
  • Disiram sirup merah khas Palembang dan es serut yang halus.
  • Kadang ditambah susu kental manis atau santan encer, tergantung selera.
  • Porsinya besar, harganya bersahabat.
  • Disajikan di gelas besar atau mangkuk, cocok buat sharing.

Minum es kacang merah di tengah hiruk-pikuk pasar tuh rasanya kayak ketemu oasis. Lo bisa duduk santai di bangku plastik sambil ngobrol, ngelamun, atau sekadar lihat lalu-lalang pembeli yang hilir mudik. Ini bukan sekadar minuman, ini ritual sosial.


Suasana Pasar Cinde: Hidup, Ramah, dan Penuh Rasa

Selain makanannya, suasana Pasar Cinde sendiri udah jadi daya tarik utama. Pasar ini jadi tempat ngumpulnya orang dari berbagai latar: ibu rumah tangga, pekerja kantoran, anak muda, bahkan wisatawan mancanegara yang penasaran sama kuliner lokal. Vibes-nya hidup, tapi tetap ramah.

Hal seru yang bisa lo rasain di Pasar Cinde:

  • Suara pedagang yang khas, ngajak ngobrol dan nawar dengan logat Palembang.
  • Aroma cuko, rempah, dan makanan tradisional yang nyampur jadi simfoni wangi.
  • Gerobak dan kios jadul yang penuh karakter dan nostalgia.
  • Bisa nanya sejarah makanan langsung ke penjualnya, dan mereka cerita dengan bangga.
  • Berburu jajanan lainnya kayak model, tekwan, celimpungan, atau martabak Har.

Lo gak cuma makan, tapi juga ngerasain langsung denyut nadi kuliner Palembang yang hidup sejak lama. Di sini, semua rasa punya cerita, dan semua cerita punya rasa.


Tips Jajan Maksimal di Pasar Cinde

Supaya lo gak kaget dan bisa nikmatin petualangan kuliner dengan puas, simak dulu beberapa tips jajan di Pasar Cinde Palembang:

  • Datang pagi atau menjelang siang, karena banyak kuliner khas disajikan untuk sarapan atau makan siang awal.
  • Bawa uang tunai pecahan kecil, karena transaksi masih tradisional.
  • Jangan ragu buat nanya rekomendasi ke pedagang lokal.
  • Cicipin sedikit di banyak tempat, daripada kenyang di satu spot doang.
  • Pakai baju santai dan nyaman, karena suasananya cenderung padat dan dinamis.
  • Jangan lupa foto makanan sebelum makan, tapi tetap hormati privasi pedagang.

Yang paling penting, datanglah dengan rasa penasaran dan perut kosong. Karena dijamin lo bakal kenyang secara fisik dan batin.


Penutup: Cinde, Rasa yang Tak Pernah Pudar

Kuliner legendaris Pasar Cinde Palembang adalah perayaan rasa yang jujur, otentik, dan bertahan melawan waktu. Di sini, lo gak cuma nemuin pempek terbaik, laksan terenak, atau es kacang merah terenak. Lo juga bakal dapet cerita, interaksi, dan pengalaman yang membekas.

Pasar Cinde ngajarin kita bahwa makanan bukan cuma soal resep, tapi soal ingatan, identitas, dan kehangatan antarmanusia. Dari aroma cuko yang khas sampai senyum ramah pedagang, semuanya jadi bagian dari perjalanan kuliner yang seharusnya lo alami sendiri.

Jadi, kapan lo terakhir kali makan makanan dengan cerita? Kalau belum, waktunya melipir ke Palembang dan rasakan sendiri hidangan bersejarah yang hidup di setiap sudut Pasar Cinde.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *